top of page

9 Tradisi Idul Adha di Beberapa Wilayah, Madura & Pasuruan Jawa Timur

Daftar isi

Saat Idul Adha, beberapa golongan Muslim memeringati kejadian Nabi Ibrahim yang siap untuk mempertaruhkan putranya Ismail untuk Allah, selanjutnya sembelihan itu diganti oleh-Nya dengan hewan kurban berbentuk domba.

Bukan hanya sama dengan kurban, hari raya yang diperingati tiap hari kesepuluh bulan keduabelas (Zulhijah) kalender Hijriyah ini mempunyai Tradisi Idul Adha yang memikat pada tiap wilayah di Indonesia.

Masing-masing adat Idul Adha itu bermakna dan keunikannya tertentu yang bisa Mam katakan pada Sang Kecil sebagai pengetahuan pengetahuan.

Tradisi Idul Adha di Indonesia

Apa saja kah tradisi Idul Adha tersebut? simak selengkapnya.

1. Accera Kalompoang, Gowa

Accera Kalompoang

Adat Idul Adha pertama di Indonesia tiba dari daerah Gowa, Sulawesi Selatan yang namanya Accera K memiliki sifat keramat dan alompoang.

Biasanya, Accera Kalompoang dilaksanakan sepanjang 2 hari beruntun mendekati dan di saat Hari Raya Idul Adha.

Accera Kalompoang sebagai acara ritus pencucian beberapa benda warisan Kerajaan Gowa yang disimpan di Istana Balla Lompoa. Upacara ini diadakan di dalam rumah tradisi Balla Lompoa atau Istana Raja Gowa.

Berdasar catatan riwayat, prosesinya sendiri diawali semenjak pemerintah Raja Gowa ke 14, yakni Sultan Alauddin, Raja Gowa yang pertama kalinya beragama Islam.

2. Apitan, Semarang

Apitan

Di Semarang, Jawa tengah, ada juga sebuah adat Idul Adha yang disebutkan dengan Apitan.

Adat Idul Adha Apitan dilaksanakan sebagai wujud rasa sukur atas rejeki berbentuk hasil bumi yang diberi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Adat ini umumnya berisi pembacaan doa yang selanjutnya diteruskan dengan arak-arakan hasil hasil ternak dan tani. Nanti, hasil tani yang diarak ini akan diambil dengan rebutan oleh warga setempat.

Adat Apitan dipercayai jadi rutinitas beberapa Wali Songo jaman dulu sebagai pernyataan rasa sukur di perayaan Idul Adha. Selainnya gunungan berbentuk hasil tani atau arak-arakan ternak, warga yang melihat Apitan akan disuguhi dengan selingan ciri khas kearifan lokal.

3. Gamelan Sekaten, Surakarta

Gamelan Sekaten

Gamelan Sekaten sebagai salah satunya media penebaran agama Islam yang sudah dilakukan oleh Wali Songo pada jaman dulu kala.

Sampai sekarang, Gamelan Sekaten masih dilestarikan sebagai adat dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, sampai Idul Adha.

Adat Gamelan Sekaten umumnya diikuti dengan ansambel musik gamelan yang umumnya ditabuh sesudah sholat Idul Adha. Gamelan Sekaten sebagai salah satunya media penebaran agama Islam yang sudah dilakukan oleh Wali Songo pada jaman dulu kala.

Sampai sekarang, Gamelan Sekaten masih dilestarikan sebagai adat dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, sampai Idul Adha.

Adat Gamelan Sekaten umumnya diikuti dengan ansambel musik gamelan yang umumnya ditabuh sesudah sholat Idul Adha.

4. Grebeg Gunungan, Yogyakarta

Grebeg Gunungan

Adat Idul Adha yang lain yang terkenal diadakan oleh warga Indonesia ialah Grebeg Gunungan di Yogyakarta.

Sepintas, adat Idul Adha ini cukup serupa dengan adat Apitan yang umum dilaksanakan oleh warga Semarang.

Grebeg Gunungan dikerjakan dengan mengarak hasil bumi dari halaman Keraton sampai Mushola Besar Kauman oleh beberapa umat Islam.

Arak-arakan hasil bumi ini sejumlah 3 buah gunungan yang tersusun dari serangkaian sayur-mayur dan buah-buahan.

Grebeg Gunungan dikerjakan tiap hari besar agama Islam, yaitu di saat Idul Fitri yang dikatakan sebagai Grebeg Syawal dan saat perayaan Idul Adha yang disebutkan adat Grebeg Gunungan.

Warga Yogyakarta yakin jika sukses ambil hasil bumi yang diatur berbentuk gunungan, karena itu dapat datangkan rejeki. Sampai tidaklah aneh bila ada beberapa warga yang berperan serta dalam tiap Grebeg Gunungan.

5. Jemur Kasur, Banyuwangi

Adat Idul Adha yang lain yang tidak kalah unik adalah mepe kasur atau dengan bahasa Indonesia dikatakan sebagai jemur kasur oleh warga suku Osing di Dusun Kemiren, Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur.

Umumnya, kasur yang digunakan sebagai kasur gembil yang warna hitam dan merah. Warna merah memiliki arti berani dan hitam memiliki arti langgeng.

Saat sebelum adat jemur kasur diawali, umumnya akan diselenggarakan tarian gandrung ditambah dulu. Kasur selanjutnya akan dijemur dari pagi sampai sore hari sekalian dipukul dengan rotan atau sapu lidi supaya bersih. Menariknya warga secara serempak menjemur kasur di muka rumahnya.

Adat yang sudah dilakukan mendekati Idul Adha ini bermakna untuk menampik bala dari musibah atau penyakit dan jaga supaya rumah tangga masih tetap harmonis.

Saat malam harinya, warga Osing lakukan adat yang lain, yaitu Tumpeng Sewu.

6. Kaul Negeri dan Abda’u, Maluku Tengah

Kaul Negeri dan Abda’u

Di wilayah Maluku tengah, warga Negeri Tulehu mempunyai adat Idul Adha yang namanya Kaul Negeri dan Abda’u.

Adat ini sebagai acara tradisi yang sudah dilakukan dengan menggendong tiga kambing memakai kain oleh beberapa pemuka agama dan tradisi. Umumnya, Kaul Negeri dan Abda’u ini dilaksanakan selesai sholat Idul Adha. Kambing yang digendong dengan kain itu selanjutnya diarak melingkari dusun sekalian disertai alunan takbir dan salawat ke arah masjid.

Kambing dan hewan kurban yang lain selanjutnya disembelih setelah Ashar dan ini sebagai Kaul Negeri untuk menampik bala dan permintaan pelindungan ke Allah untuk Negeri T warga di tempat dan ulehu.

Harus dipahami, adat itu telah dilaksanakan semenjak beberapa ratus tahun kemarin sesudah terciptanya pemerintah otonom yang bersyariat Islam sekitaran 1600 Masehi dan diadakan secara terus-terusan sampai saat ini.

7. Manten Sapi, Pasuruan

Manten Sapi

Indonesia mempunyai adat Idul Adha yang lain tidak kalah menarik dari beberapa daerah yang sudah disebut di atas. Adat itu namanya Manten Sapi yang umum diadakan di Pasuruan.

Manten Sapi diadakan satu hari saat sebelum hari Idul Adha. Warga Dusun Watestani Kecamatan Grati Pasuruan akan melangsungkan “manten sapi” yang dengan bahasa Indonesia memiliki arti pengantin sapi.

Adat ini dilaksanakan sebagai penghormatan pada sapi atau hewan kurban lain yang hendak disembelih. Sapi yang hendak jadi kurban juga dihias dengan elok saat sebelum diberi pada panitia kurban atau mushola.

Acara manten sapi dengan diawali langkah memandikan sapi memakai air kembang sampai bersih. Seterusnya, sapi akan dihias dengan kalung bunga tujuh rupa dan sisi badannya ditutup dengan kain putih supaya elok seperti pengantin. Kemudian, sapi diarak ke arah mushola oleh masyarakat setempat.

Adat manten sapi makin semarak karena ada beberapa ratus ibu-ibu yang bawa beragam perlengkapan rumah tangga diperlengkapi dengan bumbu dapur sebagai penyiapan untuk menyembelih dan memproses daging sapi.

8. Meugang, Aceh

Tradisi Meugang

Adat Idul Adha seterusnya yang dari Tanah Air ialah adat Meugang dari Aceh. Adat Meugang datang dari kata Makmeugang sebagai adat yang sama dengan makan daging sapi atau kerbau bersama yang diproses dengan beragam macam masakan.

Riwayat Meugang sendiri bermula pada periode kerajaan Aceh yang sudah dilakukan dengan menggunting hewan kurban dan dibagi dengan gratis ke warga.

Adat ini dilaksanakan sebagai pernyataan sukur atas kemakmuran tanah Aceh dan sampai sekarang ini masih tetap dilestarikan oleh semua warga Aceh saat menyongsong beberapa hari besar suci umat Islam, seperti Hari Raya Idul Adha.

9. Ngejot, Bali

Ngejot

Sementara di Bali, adat Idul Adha yang diadakan namanya Ngejot. Adat Ngejot jadi rutinitas umat beragama di Bali yang sudah dilakukan untuk rayakan beberapa hari penting kegamaan, seperti Hari Raya Idul Adha.

Adat ini dilaksanakan dengan share makanan, minuman, dan buah-buahan, sebagai bentuk sukur ke tetangga non muslim yang mempunyai toleran tinggi.

Ngejot sudah dilaksanakan warga Muslim di Bali dan adat ini selalu dilaksanakan secara temurun dengan arah untuk memperkuat rasa toleran dalam beragama.

10. Toron, Madura

Toron

Paling akhir, adat Idul Adha yang berada di Indonesia datang dari Madura bernama toron. Toron sebagai bahasa wilayah yang mempunyai makna sama dengan mudik. Perbedaannya, mudik dilaksanakan saat Hari Raya Idul Fitri, dan toron pada Idul Adha.

Saat perayaan Hari Raya Idul Adha, warga secara bersama-sama akan lakukan perjalanan ke rumah keluarga dan famili mereka untuk silaturahmi.

Nach, itulah bermacam adat Idul Adha dari beragam wilayah di Indonesia. Bagus sekali ya, Moms.

803 views0 comments
Post: Blog2_Post
bottom of page